INDAH
PADA WAKTUNYA
Tokoh :
Fernando Lusia
Venicia Merry
Ibu Siska
Pater Andrea Cha-cha
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
BABAK
I
ADEGAN I
Zaman
semakin kejam….
Saat
banyak orang berjuang untuk terlepas dari beban hidup, justru mereka semakin
dikekang dan kian tertekan. Sebagian yang lain hidup meracun hati, duduk santai
pada kursi empuk di gedung-gedung megah.
Acuh tak acuh dengan tangisan kelaparan, rintihan kesengsaraan dan
kekurangan orang-orang di bawah. Mereka menganggap batu karang dan pohon-pohon
gamal ini langit biru.
Kala
malam, jauh dari keramaian kota, seorang wanita berjalan lesu menuju gubuk
reotnya. Hari itu tak ada pakaian orang yang dicucinya. Oleh karena itu tak ada
makanan yang dibawa buat kedua orang anaknya, Venicia dan Fernando.
{A}
Ibu : (berjalan lesu memasuki rumah) Selamat
malam.
Veny : Horrrreee!! Mama
pulang (berlari menghampiri ibu dengan
sebuah piring kosong)
Ibu : (memeluk Veny)
Veny : (memelas dan memegan perutnya) Mama…, be
lapar.
Ibu
: (menahan tangis) Veny, …, ma
minta maaf eee, (menarik napas panjang) Ini
malam katong sembayang sa eee
Nando : (berlari memasuki rumah dan membawa beberapa potong roti) Malam….
Ibu : Fernando? Lu dari
mana ? (melirik roti di tangan Fernando)
Trus itu roti lu dapat dari?
Nando : (menyodorkan Roti kepada Veny) Ini hari be
pi bajual koran ma andia ko be beli ini
roti.
Ibu : Brarti lu sonde
pi sekolah?
Nando : (tertunduk)
Ibu
: Fernando, …, Biar ma susah
begini, ma tetap mau lu sekolah, supaya nanti lu sonde
susah ke Mama lai. Supaya saat mama su
sonde ada lai, lu bisa liat-liat Veny.
Veny :
Eh mama, sudah su. Be su lapar ni, katong berdoa ko makan su, …, biar be yang
berdoa ee
Ibu : (Mengangguk)
(Semua duduk bersila
mengambil sikap doa){B}
Veny :
Atas nama Bapa….
Selamat malam Tuhan Yesus, katong mau makan
roti ni,
Buat ini roti jadi empat sehat, lima
sempurna eee…,
Amin.
Atas
nama Bapa….
(membagi roti kepada ibu dan fernando)
Nando : Sudah, lu deng ma makan
su, tadi be su makan.
Ibu : (Tersenyum) Lu
makan su (membelai rambut Veny) ma sonde lapar
Veny : (menyantap roti
dengan lahap)
Begitulah keseharian mereka, Saat sarapan risau
dengan apa yang dimakan siangnya. Saat santap siang, sang ibu bingung, apa yang
akan dimakan pada malam hari. Kadang mereka hanya berdoa pada waktu malam,
karena tak ada makanan. Terlebih sang ibu, sering menahan lapar, agar buah
hatinya bisa makan kenyang. Ia rela hanya minum air putih, itupun kalau ada.
(♫Biar
Hidup di Rumah Gaba♫)
ADEGAN
II
Keesokan
harinya di penghujung rayuan senja, ada gerimis mempercepat kelam.
Dunia
senyap….
Mungkin
saja terlelap….
Hanya hembusan angin yang
mengantarkan hawa dingin menerobos hingga ke tulang menyambut malam.
{E}
Ibu : (masuk
ke kamar, berlutut dan berdoa)
Ya Tuhan….
Syukur pada-Mu kunyanyikan atas berkatmu
hari ini….
Seraya hamba memohon
pengampunan-Mu, …, atas dosaku dan
anak-anakku
Nando : (masuk ke kamar)
Ibu : Ampuni kami Tuhan…. (batuk-batuk)
Veni : (teriak dari luar kamar) Ka Nando! Ka
Nannddooo! (ikut masuk ke kamar)
Nando : (mengisyaratkan Veny untuk diam) sssttt !!
Ibu
: (meneruskan doanya)
Satu permohonan lagi Tuhan
Sertailah Veni dan Fernando saat mereka
bertumbuh
Jaga dan tuntunlah mereka, ya, Tuhan….
Salam Maria penuh rahmat
Tuhan sertamu
Terpujilah engkau di antara wanita
Dan terpujilah buah tubuh-Mu
Yesus
(batuk semakin parah lalu jatuh tersungkur)
Nando : Mamaaa!!
Veny : Mama kenapa?
Nando : (bergegas memangku kepala ibunya)
Ibu : (tersenyum) Tenang anak dong, …, ( napas
terengah-engah ) mama sonde apa-apa
Veny : Tapi…
Ibu
: (menempelkan telunjuk pada bibir veni, lalu membelai pipinya) Sonde
apa-apa anak.
(melanjutkan doanya dengan suara
terputus-putus)
Santa Maria, Bunda Allah….
Doakanlah… kami…yang berdosa ini
Sekarang…. dan waktu….. kami…mati….
(Ibu, Veni, dan Fernando sama-sama) Amin….
(Ibu menghembuskan napas
terakhirnya)
Veny : Mamaaaaa!!!!
(Fernando tertunduk menangis dan Veny menangis
meraung-raung)
Sang Ibu pun akhirnya
meninggal, karena berbagai penyakit yang timbul dari komplikasi lambung yang
sudah rusak total. Belum lagi, kanker hati yang dideritanya. Kepergiannya
terlalu pilu buat Venicia dan Fernando.
Sepahit
apapun itu sudah kehendak yang Maha Kuasa…
.
(♫Di
Doa Ibuku♫)
Venicia dan Fernando belum
bisa menerima kepergian sang ibu. Rasa pilu masih saja mencekam pada hari-hari
mereka. Tak ada lagi mimpi indah kala pagi menjelang.
Rasa itu membuat Venicia
menjadi pemurung yang suka menyendiri. Sedangkan Fernando, selain sebagai kakak
yang melindungi adiknya, ia pun harus mencari nafkah layaknya sang ibu. Karena
itu, ia berhenti sekolah.
BABAK
II
ADEGAN
I
Suatu pagi, seusai
menjajakan koran, Fernando duduk termenung di depan Seminari Menengah St.
Rafael. {D}
Nando : (menopang dagu dan
menatap gedung seminari dengan penuh harap)
Pater :
(memperhatikan Fernando, berhenti dalam perjalanan menuju gedung seminari dan
menghampirinya) Hey, anak muda!
Nando : (menoleh sebentar)
Pater :
Pagi-pagi sudah melamun (menatap mengikuti arah pandangan Fernando)
Apa yang
kamu pikirkan, Nak?
Nando : (Menarik napas panjang)
Be kepingin mati jadi pastor ni.
Pater : Ooo, ya? (mengangguk)
bagus! Tapi matamu menceritakan kekecewaan.
Nando :
Biar su Bapa, be su su sonde tertarik le (berdiri, mengambil korannya dan
hendak
pergi) {E}
Pater : Tunggu sebentar.
Nando : Iya, Bapa. Mau beli
Koran?
Pater : (menggeleng) Benar
kamu ingin menjadi pastor?
Nando : (tersenyum) Itu dulu. Tapi Bapa ni sapa ee,
dari tadi tanya-tanya terus.
Pater :
(tertawa) Maaf,maaf,…, (memberikan tangan hendak berjabat tangan) Saya Pater
Andrea
Nando : (terkejut) aduh, jang mara Pater, be son
tau na kalo (menggaruk kepala dan menunjuk
pater) Bapa ni pater.
Pater : Tidak apa-apa. Siapa nama mu, Nak?
Nando : Fernando, Pater, …, Yohanes Fernando Sakeng
Pater : (merangkul Fernando) Ikut saya! (berjalan menuju
Seminari)
Hidup Fernando dan adiknya sedikit mengalami perubahan,
setelah Fernando menceritakan nasibnya kepada Pater Andrea. Sekarang mereka
tinggal bersama Lusia, adik Pater Andrea dan dua orang anak Lusia, Merry dan
Siska. Mereka bisa kembali bersekolah. Fernando pun tak lagi menjual koran,
setiap sore ia membantu membersihkan lingkungan seminari. Fernando kembali
bersemangat menempuh hidupnya.
BABAK II
ADEGAN
I
Meski telah tinggal bersama Lusia dan Anak-anaknya, hidup
Fernando dan Venicia tak mengalami perubahan yang berarti. Terlebih Veny yang
harus menjadi bulan-bulanan Siska yang merasa iri dengan Venicia yang selalu
memperoleh perhatian dari Lusia ibunya. Di suatu sore, {B}
(di ruang keluarga,
siska membaca majalah, dan merry mengerjakan PR)
Siska : (mendengus) hmmmh, nasi angus ni ma…
Merry : Ho
kayaknya,,
Siska : (membanting majalah) Veni! Vennnnniiii!
Veny : (Berteriak dari luar) iyaaa ka…
Siska : sini
cepat!
Veny :
(berlari masuk) {E}
Siska :
(berdiri dan berrjalan ke arah veny) lu
pung salah apa? Hah!?
Veny :
(menunduk)
Siska :
(menjewer telinga veny)
Veny :
(menjerit) aduh, aduh! Ampun kak
Siska : dasar
manusia sonde tau terima kasih, masak nasi sa sonde tau, untung pater andrea
yang suruh lu tinggal sini
Merry :
(bergegas mendekat ke veny) sudah k eeeh, kasian,
Siska :
kasian-kasian apa? Sonde usah bela, lu mau makan nasi angus?! (menatap veni) lu
makan itu nasi sampe habis (mendorong veni
sampe terjatuh)
Veny :
(menangis terisak)
Meri :
(Membelai rambut veni) sabar eee
Lusia : (berjalan
masuk) Siska!! Knapa?!
Siska : Ko ini
lia veny ni, masak nasi sa angus.
Mery : Ko
hanya itu sa ju..
Siska : Awi, b
rasa aaaww, Kmarin dulu ma pu baju lobang, ais kmarin le, piring tabala
abis, sakarang nasi hangus, co itu hari tau
begini di son usa tinggal dengan katong..
Lusia :
(membentak) Siska!!!! Kamu harus mengajarinya, bukan menghakimi.
Siska :
(berjalan keluar) lebeeee
Lusia :
Siska!!! (keluar mengejar siska)
Veni : (masih
menangis)
Merry : Veny….
Sudah le, sonde usah dengar k siska, dia tu begitu..
Veny :
(mengangguk)
Itulah
Siska, yang selalu membuat veny merasa seperti di neraka, untung saja Lusia yang
bijaksana dan mery sang penyayanglah , yang membuat ia betah dan sesekali
bertahan.
♫Sheila
Marcia-Damai bersamamu♫
ADEGAN
II
Bunda tidak pernah salah mengandung, takdir tetaplah
takdir.
Itulah cara Tuhan bekerja, jalan-Nya tak pernah mulus,
selalu terjal dan lika-liku perjalanannya adalah Ujian.
Kini giliran Fernando, kembali mengahadapi ujian berat.
{C}
Pater : (duduk membaca koran)
(Tiba tiba Chaca, anak bungsu dari tetangga Lusia muncul)
Chaca : (tergesa-gesa menghampiri Pater Andrea dan
membisikan sesuatu)
Pater : (Terkejut) Haaaaa!!! Aduh Tuhan. Kapan?
Chaca : Baru sa ni Pater…
Pater : Dimana?
Chaca : Di depan jalan tadi, Pas dia mau pi mana
ko? B ju son tau ni Pater.
na
bagitu sa Pater, be pulang do.ee ( berjalan pulang)
Pater : Iya… makasih (Berdiri kebingungan)
Fernandooo!! Fernandooo!! {E}
Nando : Iya, Pater (Menghampiri Pater)
Pater : (Menatap Fernando dengan rasa haru dan
bingung)
Nando : Knapa Pater? (Kebingungan)
Pater : Sebelum dengar, Pater minta tolong kuatkan
hati, ini cobaan dari Tuhan untuk kita.
Nando : (mulai panik) knapa Pater?
Pater : Venicia….
Nando : Veny? Dia knapa, Pater?
Pater : (Menarik napas panjang)
Nando : (bicara memelas) Pater, Veny knapa?
Pater : (menunduk dan memejamkan mata) Veny,
…, meninggal.
Nando : Haaaaa!!!! Sonde mungkin! Sonde mungkin.
(Jongkok dan menangis)
Pater : Fernando, harus sabar, ingat Nando, ini
cobaan Tuhan.
Nando : (marah) Cobaan Tuhan? Masi pantas dia
katong pange Tuhan. Dia bilang katong ni
dia pu anak. Tapi, saat orang bilang dia
raja, be son rasa be pung diri ni pangeran.
Susah
sa yang ada. Ini yang bilang Sabda, Cuih!
Pater : Fernando!!
Nando : Sudah Pater, be su sonde percaya ada Tuhan
lai. Dulu be pu mama, sekarang veny.
Knapa bukan be saaaaa? Kanapa?!
Pater : (membentak)Fernando!!
Sabar!!
Nando : Ehh, mati pi.
Pater : Fernando (suara melembut) Sudah kehendak
Tuhan, …. Tegarlah seperti ayub, kamu
harus kuat. Ada hikmah di balik semua ini.
Percayalah, Ibumu dan Veny tak ingin
kamu menangisi mereka. Relakan mereka, agar
mereka pun tenang. Satu lagi Nando,
Tuhan yang memberi, Tuhan pula yang
mengambil.
Nando : (Terdiam sesaat) Terpujilah
nama Tuhan! (memeluk Pater) be minta maaf Pater.
Pater : Bukan pada saya kamu
meminta maaf, karena pada Tuhan kamu bersalah.
Nando : Iya Pater
Pater : OK, ayo (merangkul
Fernando dan membawanya pulang ke rumah)
Fernando kembali di uji,
hampir saja ia terpeleset. Ini cobaan terberat kedua yang di rasakan dalam
hidupnya. Akhirnya lewat perdebatan panjang Fernando pun sadar, ia harus tegar
seperti Ayub. Selau bersyukur dengan apa yang dihadapinya, senang ataupun
susah.
♫Naff-Dia
tlah Pergi♫
ADEGAN
III
Beberapa Tahun kemudian,
setelah menempuh jalan panjang, kepribadiannya dibentuk oleh cobaan demi
cobaan, Fernando semakin matang. Sekarang namanya menjadi lebih indah bukan
hanya Yohanes Fernando Sakeng, tetapi P. Yohanes Fernando Sakeng, SVD. Demikian
Tuhan menjalankan rencana-Nya, menguji kesabaran dengan berbagai macam cara.
Fernando lulus dengan Nilai
A. {E}
P. Nando: Demi nama Bapa,
dan Putera dan Roh Kudus….
Setiap kesusahan yang di
dapat, bukanlah murka Tuhan, tetapi Tuhan mau kita dekat pada-Nya. Saat kita
sudah dekat, kita akan tahu rencana Tuhan itu, Indah Pada Waktunya.
(♫We
Are The Wold♫)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar