Sabtu, 03 November 2012

Drama : Indah pada waktunya


INDAH PADA WAKTUNYA

Tokoh     :
Fernando                              Lusia
Venicia                                  Merry
Ibu                                          Siska
Pater Andrea                        Cha-cha

A
B
C
D
E
F


                                             BABAK I

ADEGAN I

Zaman semakin kejam….
Saat banyak orang berjuang untuk terlepas dari beban hidup, justru mereka semakin dikekang dan kian tertekan. Sebagian yang lain hidup meracun hati, duduk santai pada kursi empuk di gedung-gedung megah.  Acuh tak acuh dengan tangisan kelaparan, rintihan kesengsaraan dan kekurangan orang-orang di bawah. Mereka menganggap batu karang dan pohon-pohon gamal  ini langit biru.
Kala malam, jauh dari keramaian kota, seorang wanita berjalan lesu menuju gubuk reotnya. Hari itu tak ada pakaian orang yang dicucinya. Oleh karena itu tak ada makanan yang dibawa buat kedua orang anaknya, Venicia dan Fernando.

{A}
Ibu            : (berjalan lesu memasuki rumah) Selamat malam.
Veny         : Horrrreee!! Mama pulang (berlari menghampiri ibu dengan sebuah piring kosong)
Ibu            : (memeluk Veny)
Veny         : (memelas dan memegan perutnya) Mama…, be lapar.
Ibu            : (menahan tangis) Veny, …, ma minta maaf eee, (menarik napas panjang) Ini
     malam katong sembayang sa eee
Nando      : (berlari memasuki rumah dan membawa beberapa potong roti) Malam….
Ibu            : Fernando? Lu dari mana ? (melirik roti di tangan Fernando) Trus itu roti lu dapat dari?
Nando      : (menyodorkan Roti kepada Veny) Ini hari be pi bajual koran ma andia ko be beli ini
     roti.
Ibu            : Brarti lu sonde pi sekolah?
Nando      : (tertunduk)
Ibu            : Fernando, …,  Biar ma susah begini, ma tetap mau lu sekolah, supaya nanti lu sonde
    susah ke Mama lai. Supaya saat mama su sonde ada lai, lu bisa liat-liat Veny.
Veny         : Eh mama, sudah su. Be su lapar ni, katong berdoa ko makan su, …, biar be yang
    berdoa ee
Ibu            : (Mengangguk)
(Semua duduk bersila mengambil sikap doa){B}
Veny         : Atas nama Bapa….
                    Selamat malam Tuhan Yesus, katong mau makan roti ni,
                    Buat ini roti jadi empat sehat, lima sempurna eee…,
    Amin.
    Atas nama Bapa….
   (membagi roti kepada ibu dan fernando)
Nando      : Sudah, lu deng ma makan su, tadi be su makan.
Ibu            : (Tersenyum) Lu makan su (membelai rambut Veny) ma sonde lapar
Veny         : (menyantap roti dengan lahap)
                Begitulah keseharian mereka, Saat sarapan risau dengan apa yang dimakan siangnya. Saat santap siang, sang ibu bingung, apa yang akan dimakan pada malam hari. Kadang mereka hanya berdoa pada waktu malam, karena tak ada makanan. Terlebih sang ibu, sering menahan lapar, agar buah hatinya bisa makan kenyang. Ia rela hanya minum air putih, itupun kalau ada.
(♫Biar Hidup di Rumah Gaba♫)

ADEGAN II
Keesokan harinya di penghujung rayuan senja, ada gerimis mempercepat kelam.
Dunia senyap….
Mungkin saja terlelap….
Hanya hembusan angin yang mengantarkan hawa dingin menerobos hingga ke tulang menyambut malam.
{E}
Ibu            : (masuk ke kamar, berlutut  dan berdoa)
Ya Tuhan….
Syukur pada-Mu kunyanyikan atas berkatmu hari ini….
Seraya hamba memohon pengampunan-Mu, …,  atas dosaku dan anak-anakku
Nando      : (masuk ke kamar)
Ibu            : Ampuni kami Tuhan…. (batuk-batuk)
Veni          : (teriak dari luar kamar) Ka Nando! Ka Nannddooo! (ikut masuk ke kamar)
Nando      : (mengisyaratkan Veny untuk diam) sssttt !!
Ibu            : (meneruskan doanya)
Satu permohonan lagi Tuhan
Sertailah Veni dan Fernando saat mereka bertumbuh
Jaga dan tuntunlah mereka, ya, Tuhan….
Salam Maria penuh rahmat
Tuhan sertamu
Terpujilah engkau di antara wanita
Dan terpujilah buah tubuh-Mu Yesus
                    (batuk semakin parah lalu jatuh tersungkur)
Nando      : Mamaaa!!
Veny         : Mama kenapa?
Nando      : (bergegas memangku kepala ibunya)
Ibu            : (tersenyum) Tenang anak dong, …, ( napas terengah-engah ) mama sonde apa-apa
Veny         : Tapi…
Ibu            : (menempelkan telunjuk pada bibir veni, lalu membelai pipinya) Sonde apa-apa anak.
                    (melanjutkan doanya dengan suara terputus-putus)
    Santa Maria, Bunda Allah….
    Doakanlah… kami…yang berdosa ini
    Sekarang…. dan waktu….. kami…mati….
   (Ibu, Veni, dan Fernando sama-sama) Amin….
   (Ibu menghembuskan napas terakhirnya)
Veny         : Mamaaaaa!!!!
(Fernando tertunduk menangis dan Veny menangis meraung-raung)

Sang Ibu pun akhirnya meninggal, karena berbagai penyakit yang timbul dari komplikasi lambung yang sudah rusak total. Belum lagi, kanker hati yang dideritanya. Kepergiannya terlalu pilu buat Venicia dan Fernando.
Sepahit apapun itu sudah kehendak yang Maha Kuasa…
.
(♫Di Doa Ibuku♫)

Venicia dan Fernando belum bisa menerima kepergian sang ibu. Rasa pilu masih saja mencekam pada hari-hari mereka. Tak ada lagi mimpi indah kala pagi menjelang.
Rasa itu membuat Venicia menjadi pemurung yang suka menyendiri. Sedangkan Fernando, selain sebagai kakak yang melindungi adiknya, ia pun harus mencari nafkah layaknya sang ibu. Karena itu, ia berhenti sekolah.

BABAK II
ADEGAN I
Suatu pagi, seusai menjajakan koran, Fernando duduk termenung di depan Seminari Menengah St. Rafael. {D}
Nando      : (menopang dagu dan menatap gedung seminari dengan penuh harap)
Pater        : (memperhatikan Fernando, berhenti dalam perjalanan menuju gedung seminari dan
     menghampirinya) Hey, anak muda!
Nando      : (menoleh sebentar)
Pater        : Pagi-pagi sudah melamun (menatap mengikuti arah pandangan Fernando)
                    Apa yang kamu pikirkan, Nak?
Nando      : (Menarik napas panjang) Be kepingin mati jadi pastor ni.
Pater        : Ooo, ya? (mengangguk) bagus! Tapi matamu menceritakan kekecewaan.
Nando      : Biar su Bapa, be su su sonde tertarik le (berdiri, mengambil korannya dan hendak
    pergi) {E}
Pater        : Tunggu sebentar.
Nando      : Iya, Bapa. Mau beli Koran?
Pater        : (menggeleng) Benar kamu ingin menjadi pastor?
Nando      : (tersenyum) Itu dulu. Tapi Bapa ni sapa ee, dari tadi tanya-tanya terus.
Pater        : (tertawa) Maaf,maaf,…, (memberikan tangan hendak berjabat tangan) Saya Pater
    Andrea
Nando    : (terkejut) aduh, jang mara Pater, be son tau na kalo (menggaruk kepala dan menunjuk
    pater) Bapa ni pater.
Pater        : Tidak apa-apa. Siapa nama mu, Nak?
Nando      : Fernando, Pater, …, Yohanes Fernando Sakeng
Pater        : (merangkul Fernando) Ikut saya! (berjalan menuju Seminari)

Hidup Fernando dan adiknya sedikit mengalami perubahan, setelah Fernando menceritakan nasibnya kepada Pater Andrea. Sekarang mereka tinggal bersama Lusia, adik Pater Andrea dan dua orang anak Lusia, Merry dan Siska. Mereka bisa kembali bersekolah. Fernando pun tak lagi menjual koran, setiap sore ia membantu membersihkan lingkungan seminari. Fernando kembali bersemangat menempuh hidupnya.

BABAK II

ADEGAN I
Meski telah tinggal bersama Lusia dan Anak-anaknya, hidup Fernando dan Venicia tak mengalami perubahan yang berarti. Terlebih Veny yang harus menjadi bulan-bulanan Siska yang merasa iri dengan Venicia yang selalu memperoleh perhatian dari Lusia ibunya. Di suatu sore, {B}
(di ruang keluarga, siska membaca majalah, dan merry mengerjakan PR)
Siska      : (mendengus) hmmmh, nasi angus ni ma…
Merry      : Ho kayaknya,,
Siska      : (membanting majalah) Veni! Vennnnniiii!
Veny       : (Berteriak dari luar) iyaaa ka…
Siska      : sini cepat!
Veny       : (berlari masuk) {E}
Siska      : (berdiri dan berrjalan ke  arah veny) lu pung salah apa? Hah!?
Veny       : (menunduk)
Siska      : (menjewer telinga veny)
Veny       : (menjerit) aduh, aduh! Ampun kak
Siska      : dasar manusia sonde tau terima kasih, masak nasi sa sonde tau, untung pater andrea
  yang suruh lu tinggal sini
Merry      : (bergegas mendekat ke veny) sudah k eeeh, kasian,
Siska      : kasian-kasian apa? Sonde usah bela, lu mau makan nasi angus?! (menatap veni) lu
  makan itu nasi sampe habis (mendorong veni sampe terjatuh)
Veny       : (menangis terisak)
Meri        : (Membelai rambut veni) sabar eee
Lusia      : (berjalan masuk) Siska!! Knapa?!
Siska      : Ko ini lia veny ni, masak nasi sa angus.
Mery       : Ko hanya itu sa ju..
Siska      : Awi, b rasa aaaww, Kmarin dulu ma pu baju lobang, ais kmarin le, piring tabala
  abis, sakarang nasi hangus, co itu hari tau begini di son usa tinggal dengan katong..
Lusia      : (membentak) Siska!!!! Kamu harus mengajarinya, bukan menghakimi.
Siska      : (berjalan keluar) lebeeee
Lusia      : Siska!!! (keluar mengejar siska)
Veni        : (masih menangis)
Merry      : Veny…. Sudah le, sonde usah dengar k siska, dia tu begitu..
Veny       : (mengangguk)
                Itulah Siska, yang selalu membuat veny merasa seperti di neraka, untung saja Lusia yang bijaksana dan mery sang penyayanglah , yang membuat ia betah dan sesekali bertahan.
♫Sheila Marcia-Damai bersamamu♫




ADEGAN II
Bunda tidak pernah salah mengandung, takdir tetaplah takdir.
Itulah cara Tuhan bekerja, jalan-Nya tak pernah mulus, selalu terjal dan lika-liku perjalanannya adalah Ujian.
Kini giliran Fernando, kembali mengahadapi ujian berat.
{C}
Pater        : (duduk membaca koran)
(Tiba tiba Chaca, anak bungsu dari tetangga Lusia  muncul)
Chaca      : (tergesa-gesa menghampiri Pater Andrea dan membisikan sesuatu)
Pater        : (Terkejut) Haaaaa!!! Aduh Tuhan. Kapan?
Chaca      : Baru sa ni Pater…
Pater        : Dimana?
Chaca      : Di depan jalan tadi, Pas dia mau pi mana ko? B ju son tau ni Pater.
    na bagitu sa Pater, be pulang do.ee ( berjalan pulang)
Pater        : Iya… makasih (Berdiri kebingungan) Fernandooo!! Fernandooo!! {E}
Nando      : Iya, Pater (Menghampiri Pater)
Pater        : (Menatap Fernando dengan rasa haru dan bingung)
Nando      : Knapa Pater? (Kebingungan)
Pater        : Sebelum dengar, Pater minta tolong kuatkan hati, ini cobaan dari Tuhan untuk kita.
Nando      : (mulai panik) knapa Pater?
Pater        : Venicia….
Nando      : Veny? Dia knapa, Pater?
Pater        : (Menarik napas panjang)
Nando      : (bicara memelas) Pater, Veny knapa?
Pater        : (menunduk dan memejamkan mata) Veny, …,  meninggal.
Nando      : Haaaaa!!!! Sonde mungkin! Sonde mungkin. (Jongkok dan menangis)
Pater        : Fernando, harus sabar, ingat Nando, ini cobaan Tuhan.
Nando      : (marah) Cobaan Tuhan? Masi pantas dia katong pange Tuhan. Dia bilang katong ni
    dia pu anak. Tapi, saat orang bilang dia raja, be son rasa be pung diri ni pangeran.
    Susah  sa yang ada. Ini yang bilang Sabda, Cuih!
Pater        : Fernando!!
Nando      : Sudah Pater, be su sonde percaya ada Tuhan lai. Dulu be pu mama, sekarang veny.
    Knapa bukan be saaaaa? Kanapa?!
Pater        : (membentak)Fernando!! Sabar!!
Nando      : Ehh, mati pi.
Pater        : Fernando (suara melembut) Sudah kehendak Tuhan, …. Tegarlah seperti ayub, kamu
    harus kuat. Ada hikmah di balik semua ini. Percayalah, Ibumu dan Veny tak ingin
    kamu menangisi mereka. Relakan mereka, agar mereka pun tenang. Satu lagi Nando,
      Tuhan yang memberi, Tuhan pula yang mengambil.
Nando     : (Terdiam sesaat) Terpujilah nama Tuhan! (memeluk Pater) be minta maaf Pater.
Pater        : Bukan pada saya kamu meminta maaf, karena pada Tuhan kamu bersalah.
Nando     : Iya Pater
Pater        : OK, ayo (merangkul Fernando dan membawanya pulang ke rumah)
 
Fernando kembali di uji, hampir saja ia terpeleset. Ini cobaan terberat kedua yang di rasakan dalam hidupnya. Akhirnya lewat perdebatan panjang Fernando pun sadar, ia harus tegar seperti Ayub. Selau bersyukur dengan apa yang dihadapinya, senang ataupun susah.
♫Naff-Dia tlah Pergi♫
ADEGAN III
Beberapa Tahun kemudian, setelah menempuh jalan panjang, kepribadiannya dibentuk oleh cobaan demi cobaan, Fernando semakin matang. Sekarang namanya menjadi lebih indah bukan hanya Yohanes Fernando Sakeng, tetapi P. Yohanes Fernando Sakeng, SVD. Demikian Tuhan menjalankan rencana-Nya, menguji kesabaran dengan berbagai macam cara.
Fernando lulus dengan Nilai A. {E}
P. Nando: Demi nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus….
Setiap kesusahan yang di dapat, bukanlah murka Tuhan, tetapi Tuhan mau kita dekat pada-Nya. Saat kita sudah dekat, kita akan tahu rencana Tuhan itu, Indah Pada Waktunya.
(♫We Are The Wold♫)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar