Senin, 22 Oktober 2012

Qoutez - Makalah Keterampilan Berbicara


KETERAMPILAN BERBICARA

Keterampilan berbahasa mempunyai  4 komponen yaitu : keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.   Kesatuan komponen  tersebut sangat erat hubunggannya sehingga disebut catur tunggal. Dan keterampilan itu hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara praktek dan banyak latihan.  Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. Untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi, dapat diawali dengan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
            Hakikat berbicara merupakan pengetahuan yang sangat fungsional dalam memahami seluk beluk berbicara. Manusia hidup selalu berkelompok mulai dari kelompok kecil, misalnya keluarga, sampai kelompok yang besar seperti organisasi sosial. Dalam kelompok itu mereka berinteraksi satu dengan yang lainnya.


Di mana ada kelompok baru manusia, di situ pasti ada bahasa. Kenyataan ini berlaku baik pada masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Dalam setiap masyarakat diperlukan komunikasi lisan dan tulisan.
Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi non verbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan sebagainya. Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan efektif.
Komunikasi lisan sering terjadi dalam kehidupan manusia, misalnya dialog dalam lingkungan keluarga, percakapan antara tetangga, percakapan antara pembeli dan penjual di pasar, dan sebagainya. Contoh lainnya : percakapan anggota keluarga; percakapan ibu dan anak; percakapan bertelepon, dan sebagainya.
            Interaksi antara pembicara dan pendengar ada yang langsung dan ada pula yang tidak langsung. Interaksi langsung dapat bersifat dua arah atau multi arah, sedangkan interaksi tak langsung bersifat searah. Pembicara berusaha agar pendengar memahami atau menangkap makna apa yang disampaikannya. Komunikasi lisan dalam setiap contoh berlangsung dalam waktu, tempat, suasana yang tertentu pula. Sarana untuk menyampaikan sesuatu itu mempergunakan bahasa lisan.
            Peristiwa berbicara akan berlangsung apabila dipenuhi sejumlah persyaratan, antara lain :
1.      pengirim                  : orang yang menyampaikan pesan,
2.      pesan                       : isi pembicaraan,
3.      penerima                 : orang yamg menerima pesan,
4.      media                      : bahasa lisan,
5.      sarana                      : waktu tempat, suasana, peralatan yang digunakan dalam 
  penyampaian pesan,
6.      interaksi                  : searah, dua arah, atau multi arah,
7.      pemahaman             : ada saling pengertian.
Pengirim pesan itu akan berlangsung baik apabila ada pemahaman, artinya penerima pesan akan menangkap pesan yang disampaikan oleh pembicara melalui bahasa lisan.
Kualitas pemahaman dapat di bagi atas tiga kategori :
1.      baik             : pesan yang dikirim sama dengan pesan yang diterima,
2.      sedang         : pesan yang diterima mendekati pesan yang dikirim,
3.      jelek                        : pesan yang diterima sedikit persamaannya dengan pesan yang dikirimkan.
            Pembicara yang tampil di depan umum dapat dibedakan atas dua golongan, pertama, pembicara yang mempunyai sesuatu hal untuk disampaikan; kedua, pembicara yang harus menyampaikan sesuatu kepada pendengarnya.

A.     Pengertian Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara sebagai keterampilan berbahasa adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Tarigan, 1981:15)  Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. jika komunikasi berlangsung secara tatap muka ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara.
Sejalan dengan pendapat di atas, Djago Tarigan (1990:149) menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat berat. Pesan yang diterima oleh pendengar tidaklah dalam wujud asli, tetapi dalam bentuk lain yakni bunyi bahasa. Pendengar kemudian mencoba mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu menjadi bentuk semula.
Arsjad dan Mukti U.S. (1993: 23) mengemukakan pula bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara itu lebih daripada sekadar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata saja, melainkan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.

B.     Tujuan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka pembicara harus memahami makna segala sesuatu yang ingin disampaikan, pembicara harus mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya.
Tujuan umum berbicara menurut Djago Tarigan (1990:149) terdapat lima golongan berikut ini.
1)      Menghibur Berbicara untuk menghibur berarti pembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan sebagainya untuk menimbulkan suasana gembira pada pendengarnya.
2)      Menginformasikan Berbicara untuk tujuan menginformasikan, untuk melaporkan, dilaksanakan bila seseorang ingin: a. menjelaskan suatu proses; b. menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal; c. memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan; d. menjelaskan kaitan.
3)      Menstimulasi Berbicara untuk menstimulasi pendengar jauh lebih kompleks dari tujuan berbicara lainnya, sebab berbicara itu harus pintar merayu, mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya. Ini dapat tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui kemauan, minat, inspirasi, kebutuhan, dan cita-cita pendengarnya.
4)      Menggerakkan Dalam berbicara untuk menggerakkan diperlukan pembicara yang berwibawa, panutan atau tokoh idola masyarakat. Melalui kepintarannya dalam berbicara, kecakapan memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan pendengarnya.
C.     Jenis-Jenis Berbicara
Secara garis besar jenis-jenis berbicara dibagi dalam dua jenis, yaitu berbicara di muka umum dan berbicara pada konferensi. Guntur Tarigan (1981: 22-23) memasukkan beberapa kegiatan berbicara ke dalam kategori tersebut.
1.       Berbicara di Muka Umum Jenis pembicaraan meliputi hal-hal berikut.
a)      Berbicara dalam situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan, bersifat informatif (informative speaking).
b)      Berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk, mengajak, atau meyakinkan (persuasive speaking).
c)      Berbicara dalam situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati (deliberate speaking).
2.      Diskusi Kelompok Berbicara dalam kelompok mencakup kegiatan berikut ini.
a. Kelompok resmi (formal)
b. Kelompok tidak resmi (informal)
3.      Prosedur Parlementer
4.      Debat Berdasarkan bentuk, maksud, dan metodenya maka debat dapat diklasifikasikan atas tipe-tipe berikut ini.
a.       Debat parlementer atau majelis
b.      Debat pemeriksaan ulangan
c.       Debat formal, konvensional atau debat pendidikan
Pembagian di atas sudah jelas bahwa berbicara mempunyai ruang lingkup pendengar yang berbeda-beda. Berbicara pada masyarakat luas, berarti ruang lingkupnya juga lebih luas. Sedangkan pada konferensi ruang lingkupnya terbatas.

D.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Berbicara
Arsjad dan Mukti U.S. (1993: 17-20) mengemukakan bahwa untuk menjadi pembicara yang baik , seorang pembicara harus menguasai masalah yang sedang dibicarakan, dan harus berbicara dengan jelas dan tepat. Beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan berbicara adalah faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.
Faktor kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara, meliputi; ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada sandi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata, dan ketepatan sasaran kebahasaan. Faktor-faktor nonkebahasaan meliputi; sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, pandangan harus diarahkan pada lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak-gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan suara, kelancaran, relevansi atau penalaran, dan penguasaan topik.
Faktor yang menunjang keefektifan berbicara di atas, baik yang bersifat kebahasaan maupun yang nonkebahasaan, keduanya tidak boleh diabaikan apabila seseorang ingin menjadi pembicara yang terampil. Dalam meraih keinginan tersebut harus dengan proses berlatih yang dilakukan secara berkesinambungan dan sistematis.

E.     Prinsip-prinsip Berbicara
Prinsip-prinsip umum yang di kemukakan Brooks dalam Tarigan (1981:15-16)
1.     Dibutuhkan paling sedikit dua orang;
2.     Menggunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama
3.     Menerima atau mempengaruhi suatu referensi umum
4.     Merupakan suatu pertukaran antar partisipan
5.     Menghubungkan setiap pembicaraan dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera
6.     Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini

F.      Ciri-ciri Pembicara Ideal
Rusmiati (2002:30) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah ciri-ciri pembicara yang baik untuk dikenal, dipahami, dan dihayati, serta dapat diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri tersebut meliputi hal-hal di bawah ini.
1.      Memilih topik yang tepat.
Pembicara yang baik selalu dapat memilih materi atau topik pembicaraan yang menarik, aktual dan bermanfaat bagi para pendengarnya, juga selalu mempertimbangkan minat, kemampuan, dan kebutuhan pendengarnya.
2.      Menguasai materi.
Pembicara yang baik selalu berusaha mempelajari, memahami, menghayati, dan menguasai materi yang akan disampaikannya.
3.      Memahami latar belakang pendengar.
Sebelum pembicaraan berlangsung, pembicara yang baik berusaha mengumpulkan informasi tentang pendengarnya.
4.      Mengetahui situasi.
Mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu, peralatan penunjang berbicara, dan suasana.
5.      Tujuan jelas.
Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaranya yang tegas, jelas, dan gambling.
6.      Kontak dengan pendengar.
Pembicara berusaha memahami reaksi emosi, dan perasaan mereka, berusaha mengadakan kontak batin dengan pendengarnya, melalui pandangan mata, perhatian, anggukan, atau senyuman.
7.      Kemampuan linguistiknya tinggi.
Pembicara dapat memilih dan menggunakan kata, ungkapan, dan kalimat yang tepat untuk menggambarkan jalan pikirannya, dapat menyajikan materi dalam bahasa yang efektif, sederhana, dan mudah dipahami.
8.      Menguasai pendengar.
Pembicara yang baik harus pandai menarik perhatian pendengarnya, dapat mengarahkan dan menggerakkan pendengarnya ke arah pembicaraannya.
9.      Memanfaatkan alat bantu.
10.  Penampilannya meyakinkan.
11.  Berencana.

G.    Hambatan-Hambatan dalam Berbicara
Tidak semua orang memiliki kemahiran dalam berbicara di muka umum. Namun, keterampilan ini dapat dimiliki oleh semua orang melalui proses belajar dan latihan secara berkesinambungan dan sistematis. Terkadang dalam proses belajar mengajar pun belum bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang merupakan hambatan dalam kegiatan berbicara. Rusmiati (2002: 32) mengemukakan bahwa hambatan tersebut terdiri atas hambatan yang datangnya dari pembicara sendiri (internal) dan hambatan yang datang dari luar pembicara (eksternal).
Hambatan Internal
Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri pembicara. Hal-hal yang dapat menghambat kegiatan berbicara ini sebagai berikut.
1) Ketidaksempurnaan alat ucap
Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna alat ucap akan mempengaruhi kefektifan dalam berbicara, pendengar pun akan salah menafsirkan maksud pembicara.
2) Penguasaan komponen kebahasaan
Komponen kebahasaan meliputi hal-hal berikut ini.
a.       Lafal dan intonasi,
b.      Pilihan kata (diksi),
c.       Struktur bahasa,
d.      Gaya bahasa.

3) Penggunaan komponen isi Komponen isi meliputi hal-hal berikut ini.
a.       Hubungan isi dengan topik,
b.      Struktur isi,
c.       Kualitas isi,
d.      Kuantitas isi.
4)      Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental
     Seorang pembicara yang tidak menguasai komponen bahasa dan komponen isi tersebut di atas akan menghambat keefektifan berbicara.
Hambatan Eksternal
            Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan yang datang dari luar dirinya. Hambatan ini kadang-kadang muncul dan tidak disadari sebelumnya oleh pembicara. Hambatan eksternal meliputi hal-hal di bawah ini.
a. Suara atau bunyi
b. Kondisi ruangan
c. Media
d. Pengetahuan pendengar
H.    Sikap Mental dalam Berbicara
Kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang membutuhkan berbagai macam pengetahuan dan kemampuan yang sangat kompleks, salah satunya adalah sikap mental. Sikap mental yang harus dibina oleh seorang pembicara pada saat berbicara dijelaskan berikut ini.
a)      Rasa Komunikasi
Dalam berbicara harus terdapat keakraban antara pembicara dan pendengar. Jika rasa keakraban itu tumbuh. Dapat dipastikan tidak akan terjadi proses komunikasi yang timpang. Pembicara yang baik akan berusaha untuk menumbuhkan suasana komunikasi yang erat, seperti dalam pembicaraan sehari-hari. Respon yang diharapkan dari pendengar adalah komunikasi yang aktif.
b)      Rasa Percaya Diri
Seorang pembicara harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Rasa percaya ini akan menghilangkan keraguan, sehingga pembicara akan merasa yakin dengan apa yang disampaikannya.
c)      Rasa Kepemimpinan
Aminudin (1983: 12) mengemukakan bahwa rasa kepemimpinan yang berhubungan dengan kegiatan berbicara adalah rasa percaya diri dari pembicara bahwa dirinya mampu mengatur, menguasai, dan menjalin suasana akrab dengan pendengarnya, serta mampu menyampaikan gagasan-gagasannya dengan baik. Pembicara yang memiliki kemampuan dan mental pemimpin akan mampu mengatur dan mengarahkan pendengar agar berkonsentrasi terhadap pokok pembicaraan yang sedang dibahas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar